Anjloknya Rubel
Menurut Soroko, anjloknya nilai rubel disebabkan karena mata uang dolar menguat secara agresif, bukan hanya terhadap rubel, tetapi juga terhadap mata uang yen Jepang, franc Swiss, euro, dan mata uang lain
Mikhail Khromov, seorang peneliti dari Pusat Studi Struktural di Lembaga Riset Ekonomi Terapan di Russian Presidential Academy of the National Economy and Public Administration, menilai bahwa pertumbuhan dolar merefleksikan kurangnya jumlah mata uang di pasar akibat terus meningkatnya jumlah permintaan. “Penurunan harga minyak adalah indikator utama yang menyebabkan hal itu. Sementara itu, para investor mengkhawatirkan penurunan pendapatan ekspor di Rusia,” terang Khromov. Menurut Khromov, faktor lain yang memengaruhi jatuhnya nilai rubel adalah kurangnya aliran modal asing ke Rusia akibat sanksi dan ketidakstabilan geopolitik.Kepala analis di UFS IC Alexei Kozlov mengatakan bahwa Bank Sentral Eropa telah menerbitkan laporan bulanannya pada bulan Oktober. Menurut laporan ini, Eropa tengah kehilangan dorongan pertumbuhan ekonomi dan inflasi mereka telah jatuh ke level kritis. Akibatnya, serikat mata uang Eropa berisiko mengalami resesi. “Di tengah pertumbuhan yang berisiko, dolar yang menguat, serta harga minyak yang jatuh, rubel dan pasar saham Rusia sedang mengalami tekanan besar,” kata Kozlov.Untuk merespon jatuhnya rubel, Bank Sentral Rusia melakukan intervensi pasar senilai lebih dari lima miliar dolar AS di awal Oktober. Badan regulatif tersebut menjual dolar untuk mendukung rubel dan mengurangi permintaan akan mata uang asing. “Namun Bank Sentral Rusia hanya memperlancar fluktuasi pasar, tidak berusaha menghentikan tren penurunan nilai mata uang Rusia,” ungkap Kozlov.Pengaruh Terhadap AnggaranAwalnya, mata uang rubel Rusia diprediksi bisa benar-benar mengambang bebas (free floating). Namun, karena tekanan mata uang nasional, Bank Sentral dipaksa untuk kembali ke pasar, meski dengan intervensi dengan skala yang lebih kecil............baca lanjut