Halaman Utama

Kamis, 16 April 2015

Kebijakan Pemerintah Tidak Jelas, Bisnis Melambat

JAKARTA, JDM  - Sejumlah kebijakan ekonomi pemerintah membuat pelaku usaha khawatir. Pelaku usaha menilai, kebijakan ekonomi pemerintah belum jelas. Dalam Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (BI) dilaporkan, kegiatan usaha kuartal I/2015 melambat.Hasil survei yang dilakukan BI itu memaparkan, saldo bersih tertimbang (SBT) kuartal I hanya tumbuh 4,83 persen. Nilai ini jauh lebih rendah dari kuartal IV/2014 yang mencapai 11,03 persen. Hal yang sama terjadi di ekspansi kegiatan usaha yang diperkirakan melambat dan diprediksi baru mulai meningkat pada triwulan II.Kepala
Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI), Ryan Kiryanto kepada SH, Senin (13/4), menyampaikan bahwa kegiatan ekonomi di kuartal I/2015 cenderung melambat karena beberapa hal. Ini di antaranya karena efek perlambatan ekonomi global, depresiasi rupiah yang dalam, serta serapan belanja pemerintah yang rendah. Sebagian besar masih wait and see terkait kebijakan ekonomi pemerintah yang belum jelas arahnya, ujar Ryan.Ia tak yakin masih ada optimisme dari pelaku usaha kondisi ini bakal berubah di kuartal II dan selanjutnya. Menurutnya, saat ini yang diharapkan pelaku usaha adalah kebijakan ekonomi yang pro dunia usaha, misalnya pemberian insentif pajak, bukannya malah pajak dinaikkan saat perekonomian nasional masih tertekan.Dengan kata lain, melihat kondisi saat ini, ada kemungkinan terjadi perlambatan kegiatan usaha berlanjut. Makanya, pemerintah harus mencermati gejala ini dan segera melakukan sesuatu yang lebih kondusif bagi pengusaha, ucapnya.Survei BI menyatakan, ekspansi kegiatan usaha tertinggi terjadi pada sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan dengan SBT 2,53 persen. Nilai ini diikuti sektor jasa 2,18 persen dan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan sebesar 1,94 persen.Sementara itu, empat sektor tercatat mengalami kontraksi dengan yang tertinggi terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yang anjlok 1,12 persen. Hal ini membuat rata-rata kapasitas produksi periode pertama tahun 2015 turun.Kinerja sektor industri pengolahan pada kuartal I/2015 terindikasi masih berkontraksi, sebagaimana ditunjukkan Prompt Manufacturing Index (PMI) sebesar 45,08 persen. Seluruh indikator pembentuk PMI mengalami kontraksi dengan yang terdalam terjadi pada indeks volume produksi, sebesar 41,89 persen.Hasil survei menunjukkan, rata-rata kapasitas produksi yang digunakan 73,06 persen. Ini menurun dibandingkan 79,78 persen pada triwulan sebelumnya. Industri pengolahan pun lesu, tutur keterangan yang dirilis BI.Berdasarkan survei tersebut, baru pada kuartal II, ekspansi dunia usaha meningkat. Kegiatan usaha diperkirakan mengalami ekspansi, sebagaimana diindikasikan SBT, sebesar 11,07 persen, ujar rilis tersebut.Ekspansi kegiatan usaha diperkirakan terjadi pada sektor-sektor seperti jasa dengan SBT 2,73 persen; sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan sebesar 2,41 persen; dan sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan sebesar 2,32 persen. Industri pengolahan juga diperkirakan meningkat, meskipun masih berada dalam tekanan kontraksi.PMI kuartal II/2015 diperkirakan mencapai 49,97 persen, lebih tinggi dari triwulan I yang 45,08 persen. Berdasarkan indikatornya, peningkatan kinerja sektor industri pengolahan didorong ekspansi di indeks volume produksi sebesar 60,03 persen; indeks persediaan barang jadi sebesar 51,72 persen; dan indeks tenaga kerja 51,12 persen. (Viva.co.id/AG)
.............
http://www.jurnaldemokratmedan.com/berita/ekonomi-pembangunan/industri/item/1042-kebijakan-pemerintah-tidak-jelas,-bisnis-melambat.html