Kinerja ekonomi pada triwulan pertama 2015 mengecewakan pemerintah karena pertumbuhannya hanya mencapai angka 4,7% dari tahun lalu seperti dirilis Badan Pusat Statistik pada 5 Mei lalu, lebih lambat 0,8% poin dibandingkan kuartal sebelumnya. Seperti
dikhawatirkan, kinerja kuartal pertama bisa mengerek turun pertumbuhan kuartal kedua sehingga semakin jauh dari target pertumbuhan ekonomi tahun ini yang dipatok di angka 5,4%.Survei yang dilakukan Bloomberg pada 22-27 Mei menunjukkan pesimisme itu, dengan 29 ekonom yang diwawancarai memberi estimasi rata-rata 4,21% untuk pertumbuhan produk domestik bruto kuartal kedua ini. Meskipun angka proyeksinya lebih rendah dari kuartal pertama, sebetulnya merupakan revisi estimasi ke atas dari sebelumnya di angka 2,65%. Meski demikian, para ekonom sepakat bahwa laju roda ekonomi Indonesia akan semakin melambat dengan memberi angka pertumbuhan 3,58% untuk kuartal ketiga (q/q) dan minus 1,97% u(q/q) untuk tiga bulan terakhir. Proyeksi terjadinya kontraksi pada akhir tahun ini lebih pesimistis dibandingkan dalam survei sebelumnya ketika para ekonom masih memberi angka pertumbuhan minus 0,37%.Melambatnya pertumbuhan ekonomi ini membuat Bank Indonesia berada di simpang jalan dalam mengambil kebijakan moneter, yaitu apakah ingin mendorong pertumbuhan atau menjaga nilai tukar rupiah dan inflasi. Sejak awal tahun rupiah masih melemah 6,53% terhadap dolar atau salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di Asia. Mata uang Amerika Serikat itu kini diperdagangkan di kisaran Rp13.199. Dalam pertemuan Dewan Gubernur BI pada 19 Mei lalu diputuskan bahwa suku bunga acuan BI rate dipertahankan di 7,5%. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan bahwa BI tetap menjalankan kebijakan yang ketat, sedangkan Wakil Presiden Jusuf Kalla berharap suku bunga kredit bisa turun agar sektor riil bisa berjalan lebih kencang.Meskipun tahun ini tampak suram, para ekonom yang disurvei Bloomberg meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi..baca lanjut