FASTNEWS, Jakarta (19/5- Ekonomi China tengah berada di bawah tekanan utang raksasa, nilainya mencapai 28,2 triliun dolar AS, atau sekitar Rp 366 ribu triliun atau sekitar 100 kali
utang luar negeri Indonesia. Utang China telah meningkat dengan sangat pesat sejak tahun 2007. Besarnya peningkatan mencapai 20,8 triliun dolar AS.
Krisis yang melanda ekonomi Eropa dan AS menyebabkan pasar keuangan berpindah menyerbu ekonomi China, seiring pembukaan sektor keuangan negara tersebut.Salamuddin Daeng Salamuddin Daeng peneliti dari Indonesia For Global Justice (IGJ) bahwa China menguasai dua pertiga dari peningkatan utang global dalam rentang waktu tahun 2007 – 2014 sebesar 57 triliun dolar. Sekarang utang ekonomi China telah mencapai 286 % GDP negara tersebut.
Utang China tampaknya akan mengalami peningkatan dimasa yang akan datang. Utang China telah jauh melampai utang ekonomi Amerika Serikat (AS). Saat ini utang AS senilai 18 triliun dolar.Seberapa bahaya kondisi ekonomi China? Sebagian besar utang berkaitan dengan sektor properti, sekitar 40 % -45 % dari total utang. Dengan dana utang, perusahaan di negara tersebut membangun properti ugal ugalan yang menyebabkan terjadinya gelembung properti. Kota kota baru dengan gedung gedung megah, infrastuktur mewah.
Apa yang terjadi ? Kota kota baru terancam menjadi kota hantu, gedung megah berubah menjadi sarang burung wallet.Meski suku bunga sudah diturunkan dan harga properti juga merosot, namun tetap tidak laku sebagaimana ekspektasi pengembang. Akibatnya ekonomi China sedang menuju kejatuhan. Pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 7 % pada kwartal I 2015. Tahun depan diperkirakan hanya akan tumbuh 6 % dan tahun tahun berikutnya hanya akan mencapai paling tinggi 4 %.Kondisi ekonomi China merupakan alarm bagi ekonomi global.
Mengapa ? karena jika utang raksasa China jatuh maka puing puing bangunan utang akan menimpa kawasan Asia tanpa ampun. Krisis 2008 yang melanda ekonomi AS akan kembali terulang di China.
Itulah mengapa International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB) dan Asian Development Bank (ADB) secara terburu buru bergabung ke dalam Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang dibangun Pemerintah China. Bergabungnya lembaga keuangan global tersebut adalah dalam rangka menopang kejatuhan ekonomi China yang cepat atau lambat pasti terjadi.
Seluruh dana global dimasukkan ke AIIB, termasuk dana Indonesia yang ditempatkan di IMF pada era pemerintahan SBY lalu. Namun ingat, utang raksasa ekonomi China tidak tertolong. Di Era SBY Indonesia menempatkan uang di IMF senilai 1 miliar US dolar.Bagaimana dengan Jokowi? Jokowi hendak memainkan peran menjadi salah satu pelampung penyelamat bagi China agar tidak kembali tenggelam ke dasar lautan. Caranya adalah dengan menyerahkan semua proyek infrastruktur raksasa kepada China. Dengan memegang kontrak infrastruktur tersebut, beserta hak atas tanah, maka China bisa mengagunkan ke pasar keuangan global dan membentuk kembali gelembung financial China.
Ini juga merupakan strategi China membebankan utangnya kepada Indonesia. Semakin banyak kontrak pembangunan infrastruktur, maka semakin besar beban utang yang dipindahkan ke Indonesia. Itulah mengapa sejak awal pemerintahannya Jokowi sangat getol bicara infrastruktur.
Tidak main main, infrastruktur yang dimaksud adalah infrastruktur raksasa seperti tol laut, tol darat, pelabuhan, bandara, kereta api, monorel, dan MRT, yang semuanya adalah infrastruktur yang menelan dana sekitar ratusan triliun Rupiah. Kontrak China atas infrastruktur Indonesia yang diberikan Pemerintahan Jokowi nilainya mencapai Rp 700 triliun lebih. Nilai proyek yang sangat besar untuk asing dan belum pernah dicapai oleh pemerintahan sebelumnya. (FN-07/09
..........- See more at: http://m.fastnewsindonesia.com/article/ekonomi-china-melemah-anehnya-pembangunan-infrastruktur-indonesia-dikuasai-china#sthash.saSeycdk.dpuf