Halaman Utama

Kamis, 09 Juli 2015

Krisis Yunani, Waspadai Super Dolar

JAKARTA – Pasar finansial global kembali bergolak akibat krisis utang Yunani. Hawa panas dari kawasan Eropa diproyeksi menyebar ke penjuru dunia, termasuk Indonesia.Kepala Ekonom Standard Chartered Bank Eric Sugandi mengatakan, Yunani
memang bukan investor utama maupun mitra dagang utama Indonesia. Namun, krisis utang di negeri tersebut menjalar melalui pasar finansial bakal ikut mendera rupiah."Krisis di Eropa bakal memicu fenomena super dolar," ujarnya kemarin (6/7). Selama ini, fenomena super dolar atau penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang global sudah terlihat sejak isu kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (the Fed).Krisis yang memburuk di Eropa akan memicu investor lebih giat memburu dolar AS. Mata uang lain bakal kian tertekan.

 "Faktor psikologi investor akan sangat berperan, tidak hanya di pasar uang, tapi juga pasar modal," katanya.Dalam referendum yang digelar di negeri dewa-dewi, Yunani, kemarin, 61 persen masyarakat menolak (memilih “No”) skema restrukturisasi utang yang diajukan Uni Eropa. Yunani dipastikan default atau gagal membayar utang senilai EUR 1,54 miliar (sekitar Rp 22 triliun) kepada International Monetary Fund (IMF).Yunani juga bakal keluar dari skema mata uang tunggal Euro. Perkembangan di Eropa langsung direspons pasar global.Fenomena Super Dolar mulai terasa seiring pelemahan tajam mata uang Euro (EUR) yang kemarin turun 0,76 persen terhadap dolar AS. Penguatan mata uang Negeri Paman Sam itu terlihat di mayoritas mata uang di kawasan Asia Pasifik, Amerika, dan Afrika.Data Jakarta Interbank Spot Offered Dollar Rate (Jisdor) yang dirilis Bank Indonesia (BI) kemarin menunjukkan, rupiah ditutup di level 13.353 per USD, melemah 37 poin dibanding penutupan Jumat pekan lalu di level 13.316 per USD.Sementara itu, di pasar spot, data Bloomberg menunjukkan, rupiah ditutup di posisi 13.347 per USD, melemah 27 poin dibanding penutupan sebelumnya.Dari 13 mata uang di kawasan Asia Pasifik, empat di antaranya berhasil menguat terhadap dolar AS, yakni yen Jepang, dolar Hong Kong, dolar Australia, dan rupee India. Sementara itu, sembilan mata uang melemah dengan ringgit Malaysia yang mencatat pelemahan paling tajam sebesar 0,78 persen, dolar Singapura melemah 0,34 persen, dan won Korea 0,30 persen.Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menilai, pemerintah harus mewaspadai potensi pelemahan rupiah. Apalagi, sejak rupiah melemah hingga lebih dari 13.000 per USD, para pelaku usaha sudah pening karena harus menghitung ulang rencana bisnis mereka."Sudah banyak yang menunda investasi," ujarnya.Hariyadi menyebut, secara kasatmata, pelemahan rupiah bisa menaikkan kinerja ekspor Indonesia. Namun, selama ini pelaku usaha masih harus mengimpor mesin produksi maupun bahan baku, biaya produksi pun terkerek naik.
"Jadi bukannya untung, malah banyak yang buntung (rugi)," katanya.Bos Sahid Group tersebut meminta pemerintah maupun Bank Indonesia harus benar-benar bekerja keras dan bersinergi untuk menjaga agar nilai tukar rupiah tidak kian merosot. Salah satu caranya, mempercepat penyerapan anggaran dan mendorong jalannya proyek infrastruktur agar investasi kembali bergerak. "Itu sangat kami harapkan," ucapnya.Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, penyerapan anggaran dan mendorong proyek infrastruktur menjadi dua hal yang akan terus didorong pemerintah. Lagi pula, dalam kondisi melambatnya perekonomian saat ini, pemerintah tidak bisa mengandalkan swasta.

 "Jadi, pemerintah harus jadi pelopor penggerak ekonomi," ujarnya.Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menambahkan, bentuk komitmen pemerintah menjadi penggerak ekonomi akan diwujudkan dalam Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2016 yang diproyeksi menembus Rp 2.200 triliun, naik signifikan dibanding belanja APBN Perubahan 2015 yang senilai Rp 1.984 triliun.Menteri PPN/Kepala Bappenas Andrinof Chaniago mengungkapkan fokus anggaran sebagian besar akan diarahkan antara lain di bidang energi, infrastruktur, kesehatan, dan kelautan.
“Pariwisata juga naik signifikan, dia juga masuk prioritas,” tutur Andrinof.” Lebih lanjut, pengerucutan fokus penganggaran pada sejumlah bidang itulah yang kemudian memunculkan konsekuensi peningkatan total anggaran untuk tahun depan. Kenaikannya sekitar Rp 20 triliun dibanding tahun lalu....baca lanjut