MedanBisnis - Bogor. Harga minyak dunia saat ini merosot cukup tajam hanya sekitar US$ 46/barel, banyak perusahaan harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-
besaran dan juga memangkas biaya investasi.
Dalam sejarahnya, harga minyak sebenarnya pernah menyentuh US$ 1,67/barel.
Gejolak harga minyak berawal pada 1973 dan terus terjadi sampai saat ini. Banyak faktor selain supply dan demand melainkan termasuk faktor geo ekonomi dan geo politik.
Gejolak harga minyak dunia di mulai saat negara eksportir minyak di Timur Tengah melakukan embargo penjualan minyak ke Amerika Serikat."Tahun 1973 harga minyak dunia hanya US$ 1,67/barel. Akibat negara-negara dari penghasil minyak di Timur Tengah setelah perang Israel meletus, mereka embargo produksi minyak yang diekspor ke AS. Harga pun naik menjadi US$ 11,65/barel.
Tahun 1981-1982 harga naik lagi ke US$ 35/barel. Kemudian tahun 2007-2009 harganya mencapai lebih dari US$ 140/barel," terang Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Investasi dan Produksi Kementerian ESDM Agus Budi Wahjono, ditemui di acara Workshop Jurnalis EITI Indonesia, di Hotel Novotel, Bogor, Senin (7/9/2015).
Dulu, kata Agus, minyak dan gas bumi (Migas) jadi komoditas andalan Indonesia. Bahkan Indonesia pernah tercatat sebagai eksportir minyak."Energi dulu follow the people. Sekarang nggak bisa lagi terutama fosil. Gas, dulu dijual habis-habisan. Sekarang ada ketentuan Domestic Market Obligation (DMO). Kita ubah agar lebih besar untuk pasar domestik," tambahnya.
Agus menjelaskan, kembali anjloknya harga minyak ini karena kuatnya faktor geo politik dan geo ekonomi negara produsen minyak.
"Produsen minyak besar non-OPEC saat itu (embargo ekspor ke AS) ingin tetap menjadi raja minyak dan produksi melimpah. Mereka nggak mau mengurangi produksinya sementara demand tetap. Pasokan pun melimpah dan harga akhirnya turun. Dampaknya kita rasakan sampai saat ini," tuturnya. (dtf)http://www.medanbisnisdaily.com/m/news/read/2015/09/07/185145/sejarah-harga-minyak-dunia-pernah-hanya-us-167-barel/
Cipika cipiki
