Halaman Utama

Senin, 13 April 2015

Pertumbuhan Ekonomi Bakal Merosot Tajam selama Rupiah 13.000/Dolar AS

KONFRONTASI-Hampir semua asumsi pada APBN-P 2015 meleset. Sanggupkah pemerintahan Jokowi-JK mengatasi semua ini?Sepertinya perjalanan pemerintahan Jokowi dalam mengarungi bahtera ekonomi nasional  bakal menemui jalan terjal. Simak saja apa yang tergambar dari realisaisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan (APBN-P) 2015, hampir seluruh sektor meleset dari asumsi makro.Banyak ekonom menilai, melesetnya asumsi makro pada APBN-P 2015 karena sejumlah faktor internal dan eksternal. Dari eksternal, tak lain adanya data perbaikan ekonomi Amerika Serikat dan melambatnya pertumbuhan ekonomi China.Memang, angka yang diperoleh dari data Badan Pusat Statistik (PS)  masih bersifat sementara, karena dalam tiga minggu ke depan angka realisasi pencapaian APBN-P 2015 masih  terus berubah. Dari angka sementara tersebut, tampaknya hampir semua asumsi makro, yaitu pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga, lifting minyak, sulit untuk mencapai target sesuai angka dalam APBN-P 2015. Rilis yang dibuat Indef  mengatakan akan sulit rasanya  pertumbuhan ekonomi yang direncanakan pemerintah sebesar 5,7% bisa tercapai, jika dolar AS masih berada pada level  Rp 13.000.Dalam rangkuman data Indef, untuk mencapai angka prosentase tersebut, pemerintah harus terus menangkis gempuran dolar AS agar nilai  rupiah terhadap dolar  mencapai nilai kestabilan di kisaran Rp 12.500. Dengan begitu, target pertumbuhan ekonomi sekitar 5,7% bisa tercapai. Tapi kalau melihat pergerakan rupiah terhadap dolar AS belakangan ini, rasanya sulit mencapai pertumbuhan ekonomi setinggi itu.Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro pun mengakui dengan perkembangan nilai kurs rupiah terhadap dolar seperti saat ini, pertumbuhan ekonomi hanya bisa dicapai pada tingkat 5,1%, atau lebih rendah dari asumsi pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan dalam APBN-P 2015 sebesar 5,7%.Hanya saja,  melambatnya laju pertumbuhan ekonomi Indonesia bukan hanya dipengaruhi oleh melemahnya rupiah, tapi  juga dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia. Kondisi tersebut mengakibatkan investasi dan ekspor Indonesia menjadi lemah. Lemahnya ekspor berpengaruh pada kecilnya kontribusi terhadap pemangkasan defisit neraca berjalan.Seperti diketahui, defisit neraca berjalan turun menjadi US$ 6,8 miliar,  atau 3,1%  dari PDB awal 2015  atau lebih rendah sebesar 0,8 poin  dibanding PDB awal tahun lalu.Hal lain yang cukup merisaukan kehidupan sebagian masyarakat adalah naik turunnya inflasi pada tingkat yang kadang melampui  kewajaran. Faktor yang sangat memengaruhi tingkat inflasi saat ini ...baca lanjut bloglink