Bagi Donald Trump, tidak ada yang salah dengan pertemuan dengan Ketua DPR RI Setya Novanto.
Sebagai Capres dari Partai Republik dan sebagai seorang pengusaha sukses, Trump sudah terbiasa memanfaatkan celah dan kesempatan sekecil apapun untuk mencapai tujuannya. Maka ketika dia dengar bahwa ada ketua DPR, wakil ketua DPR Indonesia datang sedang melakukan kunjungan kerja ke Amerika, tim kampanye Trump bergerak bagai kilat. Mereka langsung menghubungi pihak Novanto untuk bertemu hanya 5 menit saja.Tawaran dari Trump untuk melakukan pertemuan dengan para senator Indonesia, mendapat sambutan hangat. Saat itu, Novanto, Fadli Zon dan Tantowi Yahya, lupa daratan bahwa mereka adalah anggota DPR RI sekaligus ketua dan wakil ketua. Bahkan dalam imajinasi Novanto dan Fadli Zon yang sebelumnya belum pernah bertemu langsung dengan Trump, pertemuan itu dimaknai sebagai sebuah kebanggaan. Lihatlah kami, anggota DPR Indonesia berhasil bertemu dengan Trump, ini sebuah kehormatan yang juga kehormatan bagi bangsa Indonesia. Sihir Trump membuat Novanto dan Fadli Zon lupa kode etik yang berlaku di DPR sana dan lupa perasaan segenap bangsa Indonesia.Sebelumnya tidak ada sama sekali jadwal pertemuan Setya Novanto dengan Trump. Nah di sini insting Trump bermain.
Trump paham betul bahwa namanya belum begitu dikenal di kalangan masyarakat Indonesia. Trump juga tahu bahwa Indonesia adalah sebuah bangsa yang sangat sensitif, suka gaduh dan hal-hal aneh. Bangsa Indonesia dalam kaca mata Trump adalah pribadi yang mudah disulut sentimennya terutama terkait judi, rasisme apalagi dengan agama. Kesempatan emas itulah yang digunakan Trump untuk melambungkan namanya. Trum tahu betul bahwa latar belakangnya sebagai raja judi, rasisme dan anti-islam, bisa membuat heboh jagat raya Indonesia.Pertemuan Trump yang direncanakan hanya 5 menit molor hingga 15 menit itu, dibumbui dan di-improvisasi dengan sangat cerdik oleh Trump. “Lihatlah saya bertemu dengan orang terkuat dari Indonesia. Dia setuju dengan saya untuk membuat Amerika kembali besar”. Kira-kira begitu isi bumbu perkataan Trump. Padahal sebetulnya, ada 2 kesalahan Trump dalam perkataannya itu. Pertama, Novanto bukanlah orang terkuat Indonesia saat ini melainkan Jokowilah orang terkuat saat ini bukanlah Novanto. Kedua, Amerika kembali besar, itu juga pandangan konyol seorang Trump. Amerika sudah lama menjadi negara super power baik dari segi militer, ekonomi, politik dan pengaruh sampai sekarang ini. Sampai sekarang belum ada negara yang setara dengan Amerika Serikat, tidak juga China, Rusia, Jepang, Jerman atau Inggris misalnya. Masih belum ada yang mengalahkan Amerika. Tetapi itulah Trump, namanya juga kampanye, logika orang yang sedang berkampanye kadang jeblok.Bagi Trump pertemuan dengan Novanto, sang ketua DPR bernama Indonesia itu, mungkin dia sudah lupakan karena Trump pasti memiliki seabrek agenda lain. Namun di Indonesia pertemuan itu menjadi heboh, hiruk, dan gaduh. Masyarakat Indonesia terutama di media online mengomentari pertemuan itu terus-menerus dan sambung menyambung. Ada yang pro dan lebih banyak yang kontra. Setia Novanto dan Fadli Zon pun diserang bertubi-tubi, kanan-kiri, atas bawah, pokoknya dari segala penjuru. Terakhir sejumlah anggota DPR mengadukan Novanto dan Fadli Zon di Mahkamah Kehormatan DPR.Tentu saja Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) itu sebetulnya adalah hanya dagelan belaka. Para anggota Mahkamah Kehormatan itu juga berasal dari KMP. Nah mana mungkin ‘jeruk sama jeruk saling memakan? Prediksi saya, paling MKD memberikan teguran lisan. Bagi Mereka itu cukup.
Namun bagi anggota DPR yang berasal dari KIH, urusan tidak berhenti sampai di situ. Kursi empuk Novanto dan Fadli Zon menjadi incaran PDIP dan kawan-kawan.Jika MKD memberikan sanksi berupa pencopotan jabatan ketua dan wakil ketua DPR dari Novanto dan Fadli Zon, maka urusan mungkin sedikit reda. Namun jika tidak, maka PDIP dan kawan-kawan akan menggunakan pintu masuk untuk menggusur Setya Novanto dan Fadli Zon melalui perangkat UU. Rencana perubahan UU MPR, DPR, DPD dan DPRD dapat menjadi pintu masuk mengganti seluruh pimpinan DPR yang saat ini semuanya berasal dari Koalisi Merah Putih (KMP).Upaya KIH untuk mengocok ulang pimpinan DPR itu, kemarin mendapat tanggapan konyol dari Fahri Hamzah. Katanya, upaya kocok ulang itu menjijikan Fahri. Nah ini juga aneh menurut saya. Saat KMP dulu secara licik menyapu semua pimpinan DPR, apakah itu harum? Ternyata lebih menjijikan sebetulnya. Tanggapan Tantowi yang mengatakan upaya kocok ulang pimpinan DPR itu bernuansa politik juga terlihat konyol.
Tantowi lupa bahwa dia adalah seorang politikus. Pergantian pimpinan DPR ya memang 100% bermakna politis. Apa bernuansa seni, bahasa atau apa?Nah upaya menggusur Novanto-Zon secara poltik dan hukum sah dilakukan. Baik melalui mekanisme pelaporan di MKD maupun dengan perubahan UUMD3.
Apalagi, politik sangat tergantung dengan momentum. Ibarat permainan, amunisi untuk menyerang Novanto-Zon saat ini terpenuhi. Yang utama, momentum itu tersedia. Mari kita kutip slogan popular milik Prabowo Subianto saat Pilpres yang lalu, “Kalau tidak sekarang, kapan lagi?”.
Nah sekarang saatnya. Saat ini menjadi momentum bagi pihak-pihak yang berseberangan untuk menggusur Novanto-Zon. Tentu saja penggusuran itu mendapat perlawanan dari Novanto-Zon dan KMP. Jadilah DPR kian panas. Taktik Trump 5 menit pun berhasil dengan gilang gemilang. Begitulah kalau raja judi bereaksi. Cukup 5 menit, bisa membuat sebuah negara heboh berhari-hari bahkan sampai berminggu-minggu.Asaaro Lahagu
...http://m.kompasiana.com/lahagu/taktik-5-menit-donald-trump-berhasil-indonesia-gaduh-dpr-ri-kian-panas_55efa3e97eafbd1605688112